Rabu, 27 Juni 2012

Mazhab Sunni

 Mazhab Sunni

Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah atau Ahlus-Sunnah wal Jama'ah (Bahasa Arab: أهل السنة والجماعة) atau lebih sering disingkat Ahlul-Sunnah (bahasa Arab: أهل السنة) atau Sunni adalah mereka yang senantiasa tegak di atas Islam berdasarkan Al Qur'an dan hadits yang shahih dengan pemahaman para sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in. Sekitar 90% umat Muslim sedunia merupakan kaum Sunni, dan 10% menganut aliran Syi'ah.

 Ahlus Sunnah adalah orang-orang yang mengikuti sunnah dan berpegang teguh dengannya dalam seluruh perkara yang Rasulullah berada di atasnya dan juga para sahabatnya. Oleh karena itu Ahlus Sunnah yang sebenarnya adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dan orang-orang yang mengikuti mereka sampai hari kiamat.

Fitnah di tubuh Islam

Kesalahpahaman dalam kepemimpinan pada saat wafatnya Rasulullah Muhammad

Ketika Rasulullah Muhammad SAW wafat, maka terjadilah kesalahpahaman antara golongan Muhajirin dan Anshar siapa yang selanjutnya menjadi pemimpin kaum muslimin. Para sahabat melihat hal ini akan mengakibatkan perselisihan antar kaum muslimin muhajirin dan anshor. Setelah masing-masing mengajukan delegasi untuk menentukkan siapa Khalifah pengganti Rasulullah. Akhirnya disepakati oleh kaum muslimin untuk mengangkat Abu Bakar sebagai Khalifah.

Fitnah pada masa khalifah ke-3

Pada masa kekhalifahan ke-3, Utsman bin Affan, terjadi fitnah yang cukup serius di tubuh Islam pada saat itu, yang mengakibatkan terbunuhnya Khalifah Utsman. Pembunuhnya ialah suatu rombongan delegasi yang didirikan oleh Abdullah bin Saba' dari Mesir yang hendak memberontak kepada Khalifah dan hendak membunuhnya. Abdullah bin Saba' berhasil membangun pemahaman yang sesat untuk mengadu domba umat Islam untuk menghancurkan Islam dari dalam. Kemudian masyarakat banyak saat itu, terutama disponsori oleh para bekas pelaku pembunuhan terhadap Utsman, berhasil membunuh beliau dengan sadis ketika beliau sedang membaca Qur'an.

Fitnah dimasa khalifah ke-4

Segera setelah bai'at Khalifah Ali mengalami kesulitan bertubi-tubi. Orang-orang yang terpengaruh Abdullah bin Saba' terus menerus mengadu domba para sahabat. Usaha mereka berhasil. Para sahabat salah paham mengenai kasus hukum pembunuhan Utsman. Yang pertama berasal dari janda Rasulullah SAW, Aisyah, yang bersama dengan Thalhah dan yang kedua ialah bersama dengan Zubair. Mereka berhasil diadu domba hingga terjadilah Perang Jamal atau Perang Unta. Dan kemudian oleh Muawiyah yang diangkat oleh Utsman sebagai Gubernur di Syam, mengakibatkan terjadinya Perang Shiffin. Melihat banyaknya korban dari kaum muslimin, maka pihak yang berselisih mengadakan ishlah atau perdamaian. Para pemberontak tidak senang dengan adanya perdamaian di antara kaum muslimin. Kemudian terjadi usaha pembangkangan oleh mereka yang pada awalnya berpura-pura / munafik. Merekalah Golongan Khawarij

Tahun Jama'ah

Kaum Khawarij ingin merebut kekhalifahan. Tapi terhalang oleh Ali dan Muawiyah, sehingga mereka merencanakan untuk membunuh keduanya. Ibnu Muljam dari Khawarij berhasil membunuh Khalifah Ali pada saat khalifah mengimami salat subuh di Kufah, tapi tidak terhadap Muawiyah karena dijaga ketat. Bahkan Muawiyah berhasil mengkonsolidasikan diri dan umat Islam, berkat kecakapan politik dan ketegaran kepemimpinannya. Karena belajar oleh berbagai pertumpahan darah, kaum muslim secara pragmatis dan realistis mendukung kekuasaan de facto Muawiyah. Maka tahun itu, tahun 41 Hijriyah, secara khusus disebut tahun persatuan ('am al-jama'ah).

Sunnah Madinah

Kaum muslimin mendalami agama berdasarkan Al-Qur'an, dan memperhatikan serta ingin mempertahankan sunnah Nabi di Madinah. Akhirnya ilmu hadits yang berkembang selama beberapa abad, sampai tuntasnya masalah pembukuan hadis sebagai wujud nyata Sunnah pada sekitar akhir abad ke-3 hijriyah. Saat itu, lengkap sudah kodifikasi hadis dan menghasilkan al-Kutub al-Sittah (Buku Yang Enam) yakni oleh al-Bukhari (w. 256 H), Muslim (w. 261 H), Ibnu Majah (w. 273 H), Abu Dawud (w. 275), al-Turmudzi (w. 279 H), dan al-Nasa'i (w. 303 H).

Perkembangannya kemudian

Ahlus-Sunnah pada masa kekuasaan Bani Umayyah masih dalam keadaan mencari bentuk, hal ini dapat dilihat dengan perkembangan empat mazhab yang ada di tubuh Sunni. Abu Hanifah, pendiri Mazhab Hanafi, hidup pada masa perkembangan awal kekuasaan Bani Abbasiyah.
  

Mazhab / aliran Fikih

Terdapat empat mazhab yang paling banyak diikuti oleh Muslim Sunni. Di dalam keyakinan sunni empat mazhab yang mereka miliki valid untuk diikuti. Perbedaan yang ada pada setiap mazhab tidak bersifat fundamental. Perbedaan mazhab bukan pada hal Aqidah (pokok keimanan) tapi lebih pada tata cara ibadah. Para Imam mengatakan bahwa mereka hanya ber-ijtihad dalam hal yang memang tida ada keterangan tegas dan jelas dalam Alquran atau untuk menentukan kapan suatu hadis bisa diamalkan dan bagaimana hubungannya dengan hadis-hadis lain dalam tema yang sama. Mengikuti hasil ijtihad tanpa mengetahui dasarnya adalah terlarang dalam hal akidah, tetapi dalam tata cara ibadah masih dibolehkan, karena rujukan kita adalah Rasulullah saw. dan beliau memang tidak pernah memerintahkan untuk beribadah dengan terlebih dahulu mencari dalil-dalilnya secara langsung, karena jika hal itu wajib bagi setiap muslim maka tidak cukup waktu sekaligus berarti agama itu tidak lagi bersifat mudah. 


Minggu, 24 Juni 2012

Muslim Brotherhood

gaulislam edisi 185/tahun ke-4 (5 Jumadil Akhir 1432 H/ 9 Mei 2011)
Sobat muda muslim, udah lama kayaknya gue absen nulis buat gaulislam gara-gara nggak ada uang lebih buat ke warnet (merana banget kesannya gue nih). But, kebetulan  sekarang ini teman gue kerjanya jaga warnet dekat rumah gue, jadi gue bisa numpang internetan gratis deh. Sekarang gue jadi bisa nulis lagi buat gaulislam tanpa perlu khawatir sama kantong yang bakal kekuras karena billing warnet. Hehehe. Sori nih, tukang nyari gratisan soalnya gue. Harap maklum.
Gue dapet tugas nulis tentang persaudaraan sesama umat Islam, baik yang ada di tanah air kita yang ‘tercinta’ ini, di negara lain dan antar negara tentunya.
Kalo temen-temen sering pantengin tipi nih, pasti temen-temen masih menyimpan memori kasus Ahmadiyah, yang ajarannya super menyimpang dari Islam. Istilah kata, Ahmadiyah itu udah mah sesat, juga menyesatkan. Jika Islam dinistakan oleh suatu kelompok (macam Ahmadiyah ini), maka umat Islam di seluruh pelosok negeri akan bersatu untuk membela Islam, tanpa memandang lagi dia yang pake sarung atau pake celana (sebenarnya yang pake sarung dalemannya pake celana juga lho). Hehehe bingung ya dengan tulisan gue? Sama. Gue juga bingung. Lha? Halah, lebay deh gue!
Kalo kamu mau merhatiin, dalam kasus ini persaudaraan umat Islam di negara kita menjadi sangat erat dan bersatu. Seolah telah melupakan segala perbedaan yang ada. Entah itu perbedaan guru, madzhab, suku dan lainnya. Semua sekat perbedaan itu hilang, yang ada dalam benak kaum muslimin adalah bagaimana umat Islam bersatu untuk membela agama Islam. Mungkin itu salah satu contoh kecil tentang persaudaraan umat Islam di Indonesia.
Oya, apakah hal ini hanya terjadi di dalam negeri saja? Nggak lah. Kalo kita kembali mengingat kasus tentara-tentara Israel yang memborbardir Palestina dengan sangat kejamnya, seperti seorang yang sudah tak mempunyai akal dan hati, pasti kita akan melihat hal yang serupa. Umat Islam di seluruh dunia bersatu, merasa ikut tersakiti karena ulah tentara-tentara Israel yang tidak manusiawi itu dan mereka memberikan bantuan kepada warga Palestina, mulai dari makanan, obat-obatan, hingga pakaian.
Sobat muda muslim, tetapi ada juga yang perlu diperbaiki. Sebab, dalam kasus lain, ada juga yang menggambarkan persaudaraan umat Islam itu ke arah yang negatif. Maksudnya, persaudaraan hanya terjadi pada satu sekolah, satu kelompok pengajian, atau satu kampus dan satu kampung saja. Di luar semua itu, adalah beda dan harus membedakan. Padahal akidahnya Islam. Nah, ini yang nggak benar, Bro.
Persaudaraan yang cuma terjadi pada satu kelompok saja bisa mengarah kepada pertikaian sesama umat Islam. Pertikaian yang sebenarnya hanya karena masalah sepele. Bisa jadi masalah beda sekolah, beda geng, beda almamater. Pemicunya kadang hal sepele atau malah nggak perlu diperhitungkan. Misalnya, karena cewek, karena uang, atau hal-hal kecil yang sebenarnya tidak perlu diributkan. Kayak yang sering terjadi di dekat rumah gue nih. Sering banget terjadi tawuran antar perlajar. Pemicunya masalah sepele kok. Cuma karena sekolah yang satu lewat lagi naik bus terus ngeledek anak sekolah lain yang lagi nongkrong. Langsung deh ribut. Akibatnya, tawuran yang nggak perlu terjadi itu malah memakan korban jiwa. Duh, rugi abis dah!

Persaudaraan sesama Muslim itu penting
Semua umat Islam itu adalah saudara, kalau bukan saudara, ngapain gue manggil Bro n Sis ke kamu semua. Iya nggak sih? Hahaha. Walaupun umat Islam (apalagi yang beriman) antara satu dengan yang lain itu berbeda ras, sekolah, geng, almamater, suku, bahkan negara  dan hal lainnya, tetap saja saudara satu akidah. Seperti yang difirmankan oleh Allah Swt (yang artinya): “Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu saling bersaudara.” (QS al-Hujurat [49]:10)
Jadi, sesama saudara itu nggak boleh ada pertikaian. Tahan hawa nafsu yang menuju bibit-bibit pertikaian. Kalo ternyata tetap ada pertikian, kita harus segera mendamaikannya, Bro. Jangan malah kita komporin biar ada yang babak belur, gigi patah, idung berdarah baru kita pisahin, dan seringkali cuma “dipisahin” doang, bukan didamaikan. Padahal, seharusnya didamaikan. Sebagaimana dalam firman Allah Swt. (yang artinya): “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS al-Hujurat [49]: 9)
So, nggak perlu lagi deh ribut-ribut karena masalah yang sangat sepele (menurut gue sih), apalagi yang diajak ributnya itu saudara sendiri. Bisa-bisa nanti disamain kayak orang belum waras atau anak kecil yang masih belepotan ingus. Makanya harus bisa nahan hawa nafsu dan bepikir panjang ke depan. Mikirin akibatnya. Jangan cuma mikir sesaat aja karena urusan gengsi atau harga diri (yang kadang nggak seberapa itu).
Rasulullah saw. dan para sahabat udah memberikan contoh pada kita tentang persaudaraan kaum muslimin dan pentingnya persaudaraan itu. Suku Aus dan Khazraj, dua suku penting di kota Madinah yang tadinya saling bermusuhan selama bertahun-tahun, tetapi kemudian bisa disatukan di bawah bendera Islam dan bahkan bisa dipersaudarakan dengan kaum Muhajirin dari Mekkah.
Kaum Anshar banyak berkorban untuk kaum Muhajirin. Betapa banyak dari kalangan Anshar memberikan rumah, ternak, kebun, dan segalanya demi persaudaran yang telah diikat dengan kokoh di bawah panji-panji ajaran Islam. Pada perkembangan Islam, kaum Anshor dan kaum Muhajirin menjadi penggerak-penggerak tauhid yang sinarnya sampai memancarkan ke belahan Barat di Australia, Spanyol, menerangi dunia Timur sampai ke perbatasan Tiongkok. Padahal sebelumnya kabilah/suku-suku itu tidak pernah diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain.
Berkat persaudaraan kaum Anshar dan kaum Muhajirin, Islam menjadi agama besar sanggup mengalahkan imperium Romawi dan kekaisaran Persia yang selanjutnya umat Islam pada waktu itu menjadi pembawa obor bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekadar saran ya, untuk nambah wawasan keislamanmu, coba deh baca buku yang berjudul Peradaban Islam: Dulu, Kini, dan Esok karya Dr. Musthafa as-Siba’i. Keren banget dah. Atau kalo mau yang penjelasannya ringan, ada tuh bukunya Kang O. Solihin, editornya gaulislam, dengan judul Yes! I am MUSLIM. Di buku setebal 388 halaman itu dengan gamblang dan mudah dipaparkan tentang kehebatan Islam ketika umat Islam disatukan dengan akidah dan berada di bawah naungan syariat Islam. Juga, ada tips supaya remaja muslim bangga dengan Islam dan syariatnya. Sip banget lho!
Bro n Sis, dari apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. dan para sahabat pada masanya, kita seharusnya udah bisa mengetahui, jika kaum muslimin itu bersatu dan tidak ada perpecahan di dalamnya, pasti Islam akan menjadi kuat. Insya Allah.

Tidak hanya individu
Bro en Sis, Islam itu nggak mengajarkan kita untuk menjadi seorang individu yang maju tetapi mengacuhkan individu yang lainnya, apalagi individu yang lainnya itu adalah saudaranya sendiri. Islam nggak mengajarkan bagaimana supaya kita menjadi manusia yang pintar seorang diri, kaya seorang diri, beribadah seorang diri dan meloncat ke surga seorang diri. Nggak. Tetapi Islam mengajarkan kita untuk melakukan itu secara bersamaan dan mengajak yang belum sadar ataupun juga belum melakukan supaya bisa sadar dan melakukan kebaikan yang diajarkan.
Logikanya sih, apa mungkin kita bersikap acuh atau cuek bebek sama saudara sendiri ? Kalau kita punya adik masih kecil aja pasti kita ajarin. Mulai dari diajarin jalan, bicara, baca dan lain-lain. Kepada saudara seiman juga sama. Nggak mungkin bisa cuek. Kalau ada saudara yang kesusahan ya dibantu, kalo ada yang didzalimi ya ditolong. Nggak cuek aja. Kalo saat ini marak orang-orang liberal ngacak-ngacak syariat Islam, ya harus diingatkan, bila perlu dilawan sembari nolongin kaum muslimin lainnya jangan sampe kena pemikiran kacau mereka. Bayangin deh kalo pada cuek, pada boam alias bodo amat, maka yang terjadi adalah mendekati kehancuran.
Contoh nih, kalo misalnya gue teracuni oleh pikiran-pikiran liberal, sekuler dan lain-lain (yang tentunya bertentangan dengan islam), maka siapa yang mau menyelamatkan gue kalau umat Islam ini hanya memikirkan diri sendiri? Akibatnya, bisa saja satu demi satu umat Islam dapat dikalahkan. Kalau satu-persatu kalah, yah otomatis lama-lama banyak deh yang kalah, bisa tenggelam deh ideologi Islam ini. Karena apa? Ya, karena kita tidak bersatu dan masih bersikap individual. Padahal kalo bersatu, pasti hal-hal kayak gitu nggak akan terjadi deh. Ibarat satu batang lidi, pasti dengan mudah dapat dipatahkan, tadi kalau lima gepok lidinya, gue yakin pasti susah dipatahinnya. Setuju dong?
Jadi mulai sekarang ayo kita pererat tali persaudaraan kita. Jangan lagi ada adu cungur dan fisik hanya karena masalah kecil dan perbedaan yang sebenarnya nggak perlu dipermasalahkan. Nggak perlu lagi deh bilang gue anak ini, gue geng ini, gue pake sarung atau yang lainnya. Tetapi yang perlu kita ingat adalah kita ini umat Islam dan kita adalah saudara. Ingat kita ini sama-sama hamba Allah. Kita muslim, kita bersaudara. Mempunyai tugas yang sama dan tujuan hidup yang sama. Kerennya mah satu visi dan satu misi.
So, buat apa ribut-ribut (apalagi kalo yang diributin hal sepele). Ayo kita bersatu dalam akidah dan syariat Islam. Tunjukkan kekuatan dan kemuliaan Islam dengan kekompakkan kita sebagai mukmin dan muslim. So pasti keren deh! [Putra: utha_freak@yahoo.com]

http://www.gaulislam.com/muslim-brotherhood

Selasa, 19 Juni 2012

hadits tentang persaudaraan

BAB I
PENDAHULUAN
(الحجرات) اخوة المؤمنون انما
Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara”. (QS. Al-Hujurat : 10)
Dalam syari’at Islam banyak ajaran yang mengandung muatan untuk lebih mempererat tali persaudaraan dan solidaritas sesama umat Islam. Betapa penting silaturahmi dalam kehidupan umat islam terutama dalam pendidikan. Hal ini karena menyambung silaturahmi berpengaruh terhadap pendidikan karena bekal hidup di dunia dan akhirat, orang yang selalu menyambung silaturhami akan dipanjangkan usianya dalam arti akan dikenang selalu. Orang yang selalu bersilaturahmi tentunya akan memiliki banyak teman dan relasi, sedangkan relasi merupakan salah satu factor yang akan menunjang kesuksesan seseorang dalam berusaha. Selain dengan banyaknya teman akan memperbanyak saudara dan berarti pula ialah meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Hal ini karena telah melaksanakan perintah-Nya, yakni menghubungkan silaturahmi. Bagi mereka yang bertakwa Allah akan memberikan kemudahan dalam setiap urusannya.
Salah satu landasan utama yang mampu menjadikan umat bersatu atau bersaudara ialah persamaan kepercayaan atau akidah. Ini telah dibuktikan oleh bangsa Arab yang sebelum Islam selalu berperang dan bercerai-berai tetapi setelah mereka menganut agama Islam dan memiliki pandangan yang sama baik lahir maupun batin, mereka dapat bersatu.
Betapa penting silaturahmi dalam kehidupan umat islam terutama dalam pendidikan. Hal ini karena menyambung silaturahmi berpengaruh terhadap pendidikan karena bekal hidup di dunia dan akhirat, orang yang selalu menyambung silaturhami akan dipanjangkan usianya dalam arti akan dikenang selalu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadits Tentang Persaudaraan Muslim
A. Hadits No. 1667 Lu’lu’ Wal Marjan
حَدِ يث عَبْدِاللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِ اللهُ عَنهُمَا. أنَّ رَسُولَ اللهِ صلّي اللهُ عليهِ
وَسَلّمَ ، قَالَ : الْمُسْلِمُ أَخُوالْمُسْلِمِ ، لَا يَظْلِمُهُ ، وَلاَ يُسْلِمُهُ . وَمَنْ كَانَ فِى
حَاجَةِ أَخِيهِ . كَانَ اللهُ فِى حَاجَتِهِ . وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً ، فَرَّجَ اللهُ
عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ. وَمَنْ سَتَرَمُسْلِمًا ، سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ اخرجه البخاري فى : – كتاب المظالم: – باب لايظلم المسلم المسلم ولايسلمه .
Artinya:
Abdullah bin Umar r.a. berkata : Rasulullah saw. Bersabda : Seorang muslim saudara terhadap sesama muslim, tidak menganiyayanya dan tidak akan dibiarkan dianiaya orang lain. Dan siapa yang menyampaikan hajat saudaranya, maka Allah akan menyampaikan hajatnya. Dan siapa yang melapangkan kesusahan seorang muslim, maka Allah akan melapangkan kesukarannya di hari qiyamat, dan siapa yang menutupi aurat seorang muslim maka Allah akan menutupinya di hari qiyamat. (Bukhari, muslim).
Mufradat:
Seorang muslim saudara terhadap sesama = اْلمُسْلِمُ أَخُوالْمُسْلِمِ
muslim
tidak menganiyayanya = لَا يَظْلِمُهُ
dan tidak akan dibiarkan dianiaya orang lain = وَلاَ يُسْلِمُهُ
hajatnya = حَاجَتِهِ
Dan siapa yang melapangkan kesusahan = وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً
seorang muslim
maka Allah akan menutupinya di hari qiyamat = سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Penjelasan :
1. Tidak dibolehkan Penganiayaan : baik badan, hati, maupun perasaannya.
2. Larangan membuka aib dimuka umum.
3. Tidak dibolehkan Merendahkan, meremehkan, serta menyepelekan baik dengan tingkah laku, perbuatan dan perkataan.
Hadits di atas sangat jelas berbicara mengenai seorang muslim yang dalam keadaan bagaimana pun saudaranya itu, haruslah dibantu. Baik dia berada dalam keadaan yang tertindas, juga ketika dia tengah menindas. Inilah keistimewaan ajaran Islam. Sangatlah biasa jika seseorang membela orang yang dizalimi, karena seluruh dunia pun akan menyetujui dan berpikir sama tentang hal tersebut. Akan tetapi bagaimana jika menolong orang yang jelas-jelas menzalimi. Tentulah ini menjadi sangat spesial dan luar biasa, karena tidak semua berpikiran dan bertindak seperti ini.
Dalam hadits lain Rasulullah Saw bersabda :
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِى اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ ص
اِنْصُرْاَخَاكَ ظَالِمًااَوْمَظْلُومًا قَالَ يَا رَسُولَ اللهِ هذا نَنْصُرُهُ مَظْلُومًا فَكَيْفَ
نَنْصُرُهُ ظَالِمًا ؟ قَالَ تَأْخُذُ فَوْقَ يَدَيْهِ .
Artinya:
Dari Anas bin Malik r.a berkata : Rasulullah Saw bersabda : “Tolonglah saudaramu baik zhalim atau dizhalimi, maka bagaimanakah kamu menolong orang yang zhalim? Beliau bersabda : “Kamu ambil (tahan) kedua tangannya”.
Adapun cara kita sebagai seorang mukmin menolong orang yang menzalimi adalah dengan mencegah dirinya dari berbuat zalim semampu dan sebisa kita. Hal ini serupa dengan perintah Allah untuk memerangi orang yang بَغَتْ dikarenakan mereka telah melampaui batas dan menzalim orang lain dan dirinya sendiri.
Hadit di atas, meski turun karena satu peristiwa tertentu, namun mencerminkan sebuah kaidah umum, qâ’idatu ‘âmmah, yang dapat berfungsi untuk memelihara kelompok Islam dari perpecahan dan tercerai-berai. Kaidah ini pun berguna li iqrâri al-haqq wa al-‘adl wa al-ishlâh, yakni untuk meneguhkan kebenaran, keadilan, dan perdamaian. Yang kesemuanya itu merupakan pilar atau tiang bagi ketakwaan kepada Allah dan harapan akan rahmat-Nya dengan menegakkan keadilan dan perdamaian.
Persaudaraan sesama muslim adalah sangat indah. Indah sebagaimana digambarkan dalam suatu hadits, Rasulullah saw bersabda:
وَعَنْ أنَسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عليهِ وسلم : لاَتَقَا طَعُوا وَلاَتَدَا بَرُوا وَلَاتَبَا غَضُوا وَلاَتَحَا سَدُوا ، وَكُونُواعِبَادَ اللهِ إخْوَانًا ، وَلاَيَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أنْ يَهْجُرَ أخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثٍ . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .
Artinya :
Anas r.a. berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: jangan putus-memutus hubungan dan jangan belakang-membelakangi dan jangan benci-membenci, dan jangan hasud-menghasud dan jadilah kamu hamba Allah sebagai saudara, dan tidak dihalalkan bagi seorang muslim memboikot saudaranya sesama muslim lebih dari tiga hari. (Muttafaq Alaih) (Buchary, Muslim)
وَعَنْ أبِى أيُّوبَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عليهِ
وسلم قَالَ : لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أنْ يَهْجُرَ أخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَلْتَقِيَانِ
فَيُعْرِضُ هذَا وَيُعْرِضُ هذَا ، وَخَيْرُ هُمَا الَّذِى يُبْدَأُبِالسَّلاَمِ . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .
Artinya:
Abu Ajjub r.a. berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: Tidak dihalalkan seorang muslim memboikot saudara sesama Muslim lebih dari tiga hari, hingga bertemu masing2 mengabaikan pada yang lain. Dan sebaik-baik keduanya ialah yang dahulu memberi salam.
1.Haramnya perbuatan saling membenci, saling hasad, saling bertolak belakang dan saling memutuskan hubungan.
2.Larangan untuk menyakiti/mengganggu seorang Muslim dalam bentuk apapun.
3. Haramnya menjauhi saudaranya Muslim lebih dari tiga hari.
4. Semua perbuatan tersebut bukanlah dari akhlaq seorang Muslim.
5. Anjuran untuk bersaudara dan bersatu hati diantara sesama Muslim
Tidak diperbolehkan seorang muslim memboikot saudaranya selama tiga hari, karena manusia tidak akan mencapai ketentraman tanpa pergaulan didalam suatu kelompok sebagai bentuk persaudaraan
Pada hadits ini Rasulullah saw membimbing kita kepada perkara yang mengharuskan kita menjadi bersaudara, saling mencintai, bersatu hati serta saling berinteraksi antara kita dengan interaksi baik secara Islami, yang menunjukkan kita kepada akhlaq mulia dan menjauhkan kita dari keburukannya. Menghilangkan dari hati kita perasaan hasad dan benci serta menjadikan hubungan kita hubungan secara Islam yang mulia.
Hadits tersebut juga menunjukan kepada kita bahwa ikatan persaudaraan dalam Islam lebih kuat daripada ikatan nasab dan darah karena landasannya adalah iman kepada Allah. Maka tidak boleh bagi seorang muslim menjauhi saudaranya atau berpaling darinya lebih dari tiga hari selama hal itu tidak terdapat sebab yang diperbolehkan oleh agama yang diharapkan orang yang yang dijahui tersebut kembali dari penyimpangan dalam agama.
B. Hadits No. 1670 Lu’lu’ Wal Marjan
حديث أبِى مُوسى ،عَنِ النَّبِىِّ صَلى الله عليه وسلم ، قَالَ : (( إنَّ الْمُؤ مِنَ
لِلْمُؤمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا )) وَشَبَّكَ أَصَا بِعَهُ .
أخرجه لبخارى فى : – كتاب الصلاة : – باب تشبيك الأصابع فى المسجد وغيره .
Artinya:
Abu Musa r.a. berkata : Nabi Saw. bersabda : Seorang mu’min terhadap sesama mu’min bagaikan satu bangunan yang setengahnya menguatkan setengahnya, lalu Nabi Saw. mengeramkan jari-jarinya. (Bukhari, Muslim).
Mufradat :
Bagaikan satu bangunan = كَالْبُنْيَانِ
yang setengahnya menguatkan setengahnya = يَشُدُّ
satu sama lain = بَعْضُهُ بَعْضًا
mengeramkan jari-jarinya = وَشَبَّكَ أَصَا بِعَهُ
Penjelasan :
Seorang muslim adalah bagian dari muslim yang lain. Bila ia sakit, maka muslim yang lain ikut merasakan sakit. Jika seorang muslim mempunyai masalah, sesungguhnya itupun merupakan masalah kaum muslimin seluruhnya. Jika seorang muslim tidak menolong saudaranya, maka hal itu akan berakibat fatal bagi dirinya dan bagi saudaranya
Hadits di atas sangat jelas berbicara mengenai seorang muslim yang dalam keadaan bagaimana pun saudaranya itu, haruslah dibantu. Baik dia berada dalam keadaan yang susah, juga ketika dia tengah kesulitan
عَنْ أبِيْ مُوسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ الله صَلّى اللهُ عليهِ وَسَلّمَ : “اَلمُؤمِنُ لِلْمُؤمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا”((روه مسلم)
Abu Musa mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Orang mukmin yang satu dengan lain bagai satu bangunan yang bagian-bagiannya saling mengokohkan.”
Pada hadits ini Rasulullah saw membimbing kita kepada perkara yang mengharuskan kita menjadi bersaudara, saling mencintai, bersatu hati serta saling berinteraksi antara kita dengan interaksi baik secara Islami, yang menunjukkan kita kepada akhlaq mulia dan menjauhkan kita dari keburukannya.
Dalam hadits tersebut telah dijelaskan bahwa hendaknya orang islam harus saling tolong-menolong dalam kebaikan dan membantu dalam kesulitan atau kesusahan yang menimpa saudara kita di dunia ketika kita membantu untuk meringankan bebannya dan bahkan menghapus kesulitannya di dunia, maka di akhirat kelak kitalah yang akan mendapatkan apa yang kita kerjakan di dunia dengan membantu mengurangi kesulitan orang lain
B. Hadits Tentang Persaudaraan
1. Hadits No. 1556 Riadhus Shalihin
وَعَنِ ابْنِ مُسْعُودٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّم : سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ . مُتَّفَقٌ عَلَيْه .
Ibn Mas’ud r. a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Mencaci maki pada seorang Muslim berarti fasik (melanggar agama), dan memerangi orang Muslim berarti kafir. (Buchary, Muslim)
Mufradat :
Mencaci maki pada seorang Muslim berarti fasik سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ = (melanggar agama)
dan memerangi orang Muslim = وَقِتَالُهُ
fasik (melanggar agama) = فُسُوقٌ
Kafir = كُفْرٌ
Penjelasan
larangan mencaci orang islam, bahwasannya islam mengajarkan hubungan dengan sesama orang islam untuk selalu berbuat baik, tidak boleh mencaci maki dan berakhlak mulia.
akibat dari mencaci maki orang islam ialah menjadikan orang itu “fasik” fasik ialah perbuatan yang keluar dari kebenaran(dalam hal ini keluar dari dari taat kepada Allah SWT.
Perbuatan membunuh juga termasuk perbuatan yang sangat dilarang oleh Allah SWT, dikarenakan membunuh ini adalah termasuk dari dosa-dosa besar.
akibat dari perbuatan membunuh ini termasuk dari perbuatan kufur, dalam hal ini kufur dalam perbuatannya bukan imannya.
Orang Islam dilarang mencaci orang Islam lainnya dikarenakan semua orang Islam itu adalah bersaudara. Selain itu Allah juga sangat tidak menyukai orang yang mencaci sesamanya.
Mukmin itu pasti bersaudara. Dan tidak ada persaudaraan kecuali dengan keimanan. Jika Anda melihat ada yang bersaudara bukan karena iman, maka ketahuilah itu adalah persaudaraan dusta. Tidak memiliki akar dan tidak memiliki buah. Jika Anda melihat iman tanpa persaudaraan, maka itu adalah iman yang tidak sempurna, belum mencapai derajat yang diinginkan, bahkan bisa berakhir dengan permusuhan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Salah satu tanda kesempurnaan iman seseorang mukmin ialah mencintai saudaranya sendiri sebagaiman ia mencintai dirinya sendiri. Hal itu direalisasika dalam kehidupan sehari – hari dengan berusaha untuk menolong dan merasakan kesusahan maupun kebahagiaansaudaranya seiman yang didasarkan atas keimanan yang teguh kepada Allah SWT. Dia tidak berfikir panjang untuk menolong saudaranya sekalipin sesuatu yang diperlukan saudaranya adalah benda yang paling di cintainya. Sikap ini timbul karena ia merasakan adanya persamaanantara dirinya dan saudaranya seiman.
Ikatan persaudaraan dalam Islam lebih kuat daripada ikatan nasab dan darah karena landasannya adalah iman kepada Allah.
Persaudaraan merupakan hal yang umum, persaudaraan yang timbul karena saling memperkuat ikatan–ikatan persaudaraan dan sebagai fakor untuk mencapainya kesejahteraan masayarakat Islam. Setiap manusia memiliki kewajibannya dengan adanya rasa cinta, penghargaan, penghormatan dan pelaksanaan berbagai kewajiban – kewajiban yang harus dilaksanakan. Ukhuwah Islamiyah, persaudaraan Islam telah digariskan oleh Allah SWT.Dalam AlQur’an dan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya dan benar-benar diamalkan.
2. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca terutama pada dosen mata kuiah ini, agar dapat pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Atas kritik dan saranya, penulis ucapkan terima kasih.
 http://47h1.wordpress.com/2011/10/26/hadits-tentang-persaudaraan/

Pesan Persaudaraan dalam Hadits

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kaum Muslimin untuk menegakkan persaudaraan (ukhuwah). Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam berbagai hadits juga memerintahkan ummatnya untuk melakukan hal yang sama. Di bawah ini adalah beberapa hadits yang menjelaskan kedudukan ukhuwah dalam Islam:
Lillahi Ta’ala
Semangat persaudaraan di antara sesama Muslim hendaknya didasari karena Allah semata, karena ia akan menjadi barometer yang baik untuk mengukur baik-buruknya suatu hubungan. Rasulullah bersabda, “Pada hari kiamat Allah berfirman: Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari yang tiada naungan selain naungan-Ku ini, aku menaungi mereka dengan naungan-Ku.” (Riwayat Muslim)
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang bersaudara dengan seseorang karena Allah, niscaya Allah akan mengangkatnya ke suatu derajat di surga yang tidak bisa diperolehnya dengan sesuatu dariamalnya.” (Riwayat Muslim)
Dalam keterangan yang lain Nabi Muhammad menjelaskan, “Di sekeliling Arsy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya yang ditempati oleh suatu kaum yang berpakaian dan berwajah (cemerlang) pula. Mereka bukanlah para nabi atau syuhada, tetapi nabi dan syuhada merasa iri terhadap mereka.” Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepada kami tentang mereka.” Beliau menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai, bersahabat, dan saling mengunjungi karena Allah.” (Riwayat Nasa’i dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu)
Tidak Saling Menzhalimi
“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, tidak menzhalimi atau mencelakakannya. Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya sesame Muslim dengan menghilangkan satu kesusahan darinya, niscaya Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan di hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi aib seorang Muslim, niscaya Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat.” (Riwayat Bukhari dari Abdullah bin Umar RA)
Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah bersabda, “Janganlah kalian saling mendengki, melakukan najasy (semacam promosi palsu), saling membenci, memusuhi, atau menjual barang yang sudah dijual ke orang lain. Tetapi jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, tidak menzhalimi, dan tidak membiarkan atau menghinakannya. Takwa itu di sini (beliau menunjuk ke dadanya tiga kali).”
Ibarat Satu Tubuh
Persaudaraan dalam Islam memperkuat ikatan antara orang-orang Muslim dan menjadikan mereka satu bangunan yang kokoh. “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu tubuh; apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuh akan sulit tidur dan merasa demam.” (Riwayat Muslim)
“Orang-orang Muslim itu ibarat satu tubuh; apabila matanya marasa sakit, seluruh tubuh ikut merasa sakit; jika kepalanya merasa sakit, seluruh tubuh ikut pula merasakan sakit.” (Riwayat Muslim)
Merasakan Lezatnya Iman
“Barangsiapa ingin (suka) memperoleh kelezatan iman, hendaklah ia mencintai seseorang hanya karena Allah.” (Riwayat Ahmad)
Mengenal Baik Sahabatnya
“Jika seseorang menjalin ukhuwah dengan orang lain, hendaklah ia bertanya tentang namanya, nama ayahnya, dan dari suku manakah ia berasal, karena hal itu lebih mempererat jalinan rasa cinta.” (Riwayat Tirmidzi)
Demikian sebagian kecil dari nash hadits yang menjelaskan tentang persaudaraan. Semoga kaum Muslimin dapat secara konsisten memenuhi syarat-syarat, hak-hak, dan kewajiban bersaudara dalam Islam.
* [Ali Athwa, dari buku Fiqh Ukhuwah karangan Abdul Halim Mahmud/http://www.hidayatu llah.com/ ]